Kamis, 15 Oktober 2015

Mengerat Gigi Saat Tidur

 Mengerat Gigi Saat Tidur

 Hasil gambar untuk mengerat gigi saat tidur

VIVA.co.id - Banyak orangtua bingung, saat menghadapi kebiasaan anak yang sering mengadu gigi saat tidur. Efek yang ditimbulkan, adalah si kecil selalu menimbulkan bunyi gigi beradu yang terasa ngilu di telinga. Dari sisi medis, apakah hal ini berbahaya? 

Menjawab hal ini, dokter Deffy Leksani dari Meetdoctor menjelaskan, dalam bahasa kedokteran, kebiasaan mengerat gigi terutama pada saat tidur disebut bruxism. 

“Umumnya penderita melakukan tanpa disadari. Yang membahayakan jika dilakukan dalam jangka waktu panjang. Karena kebiasaan tersebut dapat mengikis lapisan gigi,” ujar sang dokter. 

Penyebab pasti kebiasaan mengerat gigi belum diketahui, namun diyakini terdapat faktor lokal (gigi), sistemis, serta psikologis yang menyebabkan hal ini terjadi. Tetapi, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menghilangkan kebiasaan mengerat gigi, di antaranya:

Hindari menyantap makanan keras, seperti kacang, permen, dan steak. Jangan menggigit sesuatu selain makanan, seperti pensil atau pulpen. Sebaiknya juga tidak mengunyah permen karet, karena akan memungkinkan otot-otot rahang terbiasa mengepal.

Hindari stres, caranya dengan memijat otot-otot leher, bahu, dan wajah agar tubuh rileks. Untuk keadaan gigi sensitif, gunakan pasta gigi khusus gigi sensitif.

Sejarah Klaseman Salatiga

Sejarah Klaseman Salatiga


Tidak ada seorang pun tahu mengenai sejarah nama Klaseman dengan pasti. Namun Klaseman dahulu merupakan benteng peninggalan Belanda di Salatiga semasa penjajahan. Hal ini dibuktikan dengan adanya peninggalan loji-loji. Semenjak masa penjajahan Belanda berakhir, loji tersebut sekarang ditinggali oleh para warga sesepuh yang pada saat itu bekerja pada bangsa Belanda. Mbah Kastowo merupakan salah satu yang mewarisi loji tersebut, dan loji tersebut dijadikan rumah.
Gapura Klaseman
Gapura Klaseman
20150406_171546
Sekitar tahun 2000, loji yang ditinggali oleh Mbah Kastowo sudah banyak dipugar. Sehingga bangunan tersebut sulit dikenali, bahwa bangunan tersebut adalah peninggalan bangsa Belanda. Oleh karena itu tempat tersebut disebut Klaseman Loji atau Klaseman Tengah, karena letaknya di Klaseman bagian tengah. Untuk bagian utara disebut Klaseman Lor, dan bagian selatan disebut Klaseman Kidul.
Sekitar tahun 1995 banyak warga pendatang baru untuk tinggal di Klaseman. Kini Klaseman telah mengalami banyak perubahan seperti, gapura Klaseman, dan banyaknya kios atau ruko.a

Hati-Hati Dengan Tetes Mata

Hati-Hati Dengan Tetes Mata

 
Hasil gambar untuk tetes mata


Dokter Spesialis Mata Setiyo Budi Riyanto mengatakan, pemakaian obat mata secara sembarangan bisa berakibat fatal. Misalnya, jika menggunakan obat tetes mata yang mengandung steroid. 

"Obat steroid kalau kita pakai pada mata yang tidak teratur jadi tekanan bola mata tinggi. Itu bisa menyebabkan glukoma. Kalau pemakaian lama bisa membuat lensa keruh, namanya katarak," terang Budi saat ditemu beberapa waktu lalu di Jakarta Eye Center Kedoya, Jakarta. 

Budi menyayangkan obat tetes mata tersebut dijual bebas di apotek maupun toko obat. Ia menegaskan, obat tetes mata yang mengandung steroid seharusnya menggunakan resep dokter. 

"Enggak benar kontrolnya nih apotek. Seperti antibiotik, seharusnya enggak boleh dijual bebas. Di sini (Indonesia) dengan bebasnya, apalagi di toko obat. Masyarakat yang jadi korban," kata Budi. 

Budi menceritakan, beberapa dokter pernah mendapati pasien dengan kondisi tekanan mata tinggi dan sudah menderita katarak di usia muda. Setelah diselidiki pasien tersebut ternyata sering menggunakan obat tetes mata yang dibeli secara bebas di apotek. 

Obat tetes mata yang boleh digunakan hanya obat dengan kandungan ringan, seperti artificial tears atau air mata alami. Bacalah kandungan obat sebelum membelinya secara bebas. Jika mata kemerahan, gatal-gatal, sebaiknya periksa ke dokter mata untuk mendapat penanganan yang lebih tepat.

Sering Duduk Belum Tentu Membahayakan Kesehatan



Sering Duduk Belum Tentu Membahayakan Kesehatan

 
 
KOMPAS.com - Begitu banyak penelitian yang menemukan kaitan antara sering duduk dengan masalah kesehatan. Salah satunya, penelitian yang pernah dilakukan para ilmuwan di Kansas State University. Disebutkan, pria yang duduk lebih dari 4 jam perhari, berisiko tinggi mengalami penyakit hipertensi, gangguan jantung, diabetes, bahkan kanker yang berakhir dengan kematian dini.
Namun nyatanya, pekerjaan kerap membuat kaum urban duduk hingga 7 jam lamanya, bahkan bisa lebih bagi mereka yang memutuskan untuk lembur. Pertanyaannya, apakah sebagian besar kaum urban berisiko terkena penyakit berbahaya?
Belum tentu, sebab sebuah studi yang dilakukan di Inggris menemukan fakta lain, bahwa duduk terlalu lama di meja kerja, di komuter, bahkan di depan televisi bisa menjadi tidak berbahaya selama seseorang tersebut rutin untuk berolahraga, setidaknya selama 1 jam, tiga kali dalam seminggu.
Penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan dari Exeter University College London tersebut melibatkan 5.000 koresponden selama 16 tahun. Hasil dari temuan mereka juga telah diterbitkan dalam International Journal of Epidemiology.
Melvyn Hillsdon, salah satu peneliti dari departemen Sport and Health menambahkan, “banyak nasihat yang menyarankan untuk mengubah posisi, dari duduk, lalu berdiri, padahal itu tak menimbulkan manfaat yang berarti bagi kesehatan. Duduk dan berdiri memiliki efek yang sama saja. Hanya saja, duduk juga butuh istirahat untuk melemaskan otot, Anda bisa mengerjakan beberapa tugas dengan berdiri, seperti membuat kopi, ngobrol dengan rekan kerja, atau bahkan saat menulis email di ponsel.”
Dengan kata lain, penelitian ini menekankan, kaum urban sebisa mungkin menyeimbangkan antara kebutuhan untuk bekerja dengan olahraga bila menginginkan hidup yang lebih sehat.

Gaun dari Karet Gelang Seharga Rp.3,5 Miliar


 Gaun dari Karet Gelang Seharga Rp.3,5 Miliar

 Gambar untuk hasil berita


Liputan6.com, London - Bicara tentang fashion, memang tidak ada habisnya. Beragam model silih berganti setiap periode atau update mengikuti perkembangan zaman.
Fashion yang unik dari berbagai belahan dunia pun telah diciptakan oleh para perancang busana, tak terkecuali gaun yang satu ini.

Tak banyak orang yang memiliki ide unik untuk menciptakan gaun yang dibuat dari karet gelang. Namun dari imajinasi seorang gadis cilik bernama Sian, karet gelang berhasil ia sulap menjadi pakaian unik dengan harga jual yang fantastis.

Dilansir dari Metro.co.uk, Rabu (14/10/2015), seorang wanita dari Wales bernama Helen Wright telah membuat sebuah gaun dari rangkaian karet gelang berwarna-warni. Karyanya ini dipublikasikan pada Juli 2014.

Dress yang dibuat fleksibel ini bisa dipakai oleh siapapun, karena bahan pembuatnya sebanyak 20.000 karet gelang sehingga gaun dapat melar dengan baik.

Ide pembuatan gaun ini muncul dari Sian, anak perempuan berusia 12 tahun yang tak lain adalah putri Helen. Suatu hari, Sian berkata pada ibunya, "Mengapa Ibu tidak mencoba membuat gaun dari karet gelang?".
Ide brilian namun terdengar asing itu pun ditanggapi serius oleh sang ibu.

Bersama dengan sahabat Helen, Katherine, mereka mengerjakan proyek fashion unik ini. Setelah gaun tersebut jadi, mereka mencoba melelangnya di situs eBay.

Siapa menyangka, gaun dari aksesoris karet gelang warna warni tersebut ditawar orang-oeang dengan harga tinggi, hingga akhirnya terjual dengan harga 170,100 pound sterling atau sekitar Rp 3,5 miliar. Menakjubkan!

(Dsu/Tnt)